Deretan Masalah Industri Mobil Listrik yang Tidak Terungkap
Sebelum jadi transportasi masa depan, masih banyak masalah yang perlu diselesaikan
Abad 21 menjadi era kebangkitan mobil bertenaga listrik. Hampir tiap pabrikan menciptakan mobil listrik atau mobil hybrid yang sebagian tenaganya berasal dari baterai. Lahirnya mobil ramah lingkungan ini jadi jawaban atas tingginya polusi yang dihasilkan mobil konvensional.
Baca juga:
100 Ribu Mobil Listrik BMW Jajah Seluruh Dunia
Baterai Mobil Listrik Toyota Dibesut Panasonic
Mobil dengan asupan tenaga listrik tidak lahir dalam waktu sekejap. Butuh waktu yang panjang menciptakan kendaraan dengan powertrain kompak namun bertenaga besar dan tetap efisien. Baterai sebagai komponen penyimpan daya terus berevolusi semakin baik, dengan ukuran yang makin ringkas.
Dikutip dari Autoevolution, problematika yang dihadapi pemilik mobil listrik sekarang ini seputar pengisian daya. Mobil dengan kapasitas baterai besar butuh waktu pengisian daya yang lama. Pengguna ingin waktu pengisian juga relatif cepat, seperti halnya mobil konvensional.
Produsen kendaraan dituntut menyempurnakan sistem daya listrik. Setidaknya dalam periode penyusutan nilai kendaraan dalam 10 tahun kedepan. Jangan sampai, hambatan atau kekurangan ini berpengaruh pada nilai jugal kembali yang merosot tajam.
Perlombaan teknologi elektrik terus dipamerkan pabrikan kendaraan. Di luar pesatnya kemajuan teknologi mobil listrik, masih ada berbagai masalah yang belum terungkap dan perlu diselesaikan secepatnya.
Pengiriman Mobil Listrik dan Komponen yang Rumit
Umumnya mobil listrik tersedia di negara maju. Dengan kata lain, produksi dilakukan di negara asal atau negara dengan sumber daya yang baik.
Lain halnya dengan mobil konvensional, produksi atau perakitannya sudah tersebar luas hingga negara berkembang.
Produksi mobil ramah lingkungan pun makin rumit. Saat produksi awal mobil hybrid, pabrikan menuai banyak kritikan soal baterai Ni-Mh.
Logam yang digunakan cukup langka dan berasal dari lokasi terpencil. Material ini harus dikirim ke manufaktur baterai, baru selanjutnya dikirim ke pabrikan kendaraan.
Kondisi yang ada saat ini masih terbilang eksklusif. Logam mahal dan langka sebagai bahan baterai harus diangkut dengan jarak yang jauh untuk membuat mobil listrik.
Perusahaan otomotif perlu memperluas jaringan produksi powertrain ke negara-negara yang jauh dari pabrik pusat.
Material Logam Langka untuk Baterai
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mobil dengan tenaga elektrik butuh logam mulia sebagai material baterai. Mobil listrik keluaran terbaru telah memakai baterai Li-Ion.
Bahan dasar lithium menurut Survei Geologi AS 2015, didatangkan dari lima negara. Australia sebagai pemasok utama, diikuti oleh Chile, Argentina, China dan Zimbabwe. Sama seperti minyak, lithium adalah sumber daya yang terbatas. Harganya menjadi lebih mahal karena permintaan tinggi dari pabrikan.
Harga mobil listrik juga tetap tinggi karena bahan bakunya yang mahal. Sayangnya, masih jarang digunakan bahan alternatif pengganti lithium untuk baterai. Kalaupun ada, logam tersebut juga masuk kategori langka yakni dysprosium, lanthanum, neodymium dan praseodymium.
Daur Ulang Baterai Mobil Listrik
Prius jadi salah satu mobil listrik produksi massal pertama yang hadir sejak 20 tahun lalu. Sejak saat itu, kemungkinan ada yang baterainya sudah diganti. Sudah pasti, baterai mobil listrik tidak ada yang diperbaiki. Masalah ini sudah dipikirkan pabrikan, dengan menyiapkan baterai daur ulang pada 2045.
Baterai Lithium-Ion dapat didaur ulang dan begitu juga dengan Ni-Mh. Namun, masih belum ada perusahaan yang secara terbuka menyatakan minat untuk daur ulang baterai mobil. Alasannya, popularitas mobil listrik masih belum melampaui mobil konvensional secara global.
Untuk mengatasi hal ini, Toyota menyediakan program yang mengumpulkan baterai bekas. Program ini berjalan ketika penggantian baterai lama pada Prius.
Apakah Guna dari Energi Terbarukan?
Persoalan yang belum terungkap seputar mobil ramah lingkungan yaitu dari energi yang didapat. Tenaga listrik biasanya berasal dari sumber yang tidak terbarukan.
Dalam fisika, hukum kekekalan energi i (Hukum I Termodinamika) menyatakan bahwa energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan.
Maksudnya disini, energi listrik berasal dari konversi turbin pada PLTA atau pembangkit listrik lainnya. Untuk konversi energi di perumahan bisa memanfaatkan panel surya, tapi jelas harganya mahal.
Bila Anda berpikir soal mobil hidrogen, sumber energinya juga tidak terbarukan lho. Produsen hidrogen skala besar mengekstrak gas dari metana dan menghasilkan karbon dioksida serta karbon monoksida.
Mobil Listrik Belum Bisa Menjelajah
Inilah persoalan yang dihadapi para petualang di era modern. Mobil-mobil berkemampuan offroad umumnya bermesin besar dan boros BBM. Namun demikian, mereka bisa digunakan menjelajah medan terjal dan ekstrim jauh ke dalam hutan. Untuk antisipasi, mereka membawa cadangan BBM dalam jerigen.
Mobil ramah lingkungan yang ada sekarang ini umumya digunakan di perkotaan. Belum ada pabrikan otomotif yang merancang SUV dan sejenisnya dengan tenaga listrik. Dengan kata lain, mobil listrik tidak akan menggeser kendaraan konvensional secara keseluruhan. (dna)